King Keladen Chalcedony Golden Supreme, Indonesian Golden Gems oleh Mas Picis Rojobrono
Sejarah Batuan Pacitan King Keladen and Queen Ndasar Chalcedony
Mas Picis Rojobrono (Eko Suryo Putro) :
“Penulisan JURNAL sesuai dengan Saran dari Suhu Nugroho Gemologist (SKYLAB) saat saya bertemu dan membicarakan mengenai Batuan Nusantara di Tamini Square saat membawa contoh Specimen Yellow Chalcedony Pacitan.“
“Penulisan JURNAL sesuai dengan Saran dari Suhu Nugroho Gemologist (SKYLAB) saat saya bertemu dan membicarakan mengenai Batuan Nusantara di Tamini Square saat membawa contoh Specimen Yellow Chalcedony Pacitan.“
Mas Picis Rojobrono |
Batuan Pacitan King Keladen and Queen Ndasar Chalcedony
Penemuan bila ditelusuri sekitar 10 Tahun yang lalu informasi dari seorang pengasah batu terkenal Suparjo di Donorojo dan penelusuran dari Widat (Misgi Man) dan seorang Kolektor Batu Pak Pur di Pacitan, Specimen ini diketemukan oleh Mbah Paiman Timbul yaitu salah seorang pelaku dan tokoh batuan senior di Donorojo, Pacitan, Jawa Timur.
Penemuan bila ditelusuri sekitar 10 Tahun yang lalu informasi dari seorang pengasah batu terkenal Suparjo di Donorojo dan penelusuran dari Widat (Misgi Man) dan seorang Kolektor Batu Pak Pur di Pacitan, Specimen ini diketemukan oleh Mbah Paiman Timbul yaitu salah seorang pelaku dan tokoh batuan senior di Donorojo, Pacitan, Jawa Timur.
(pemberian Mbah Paiman Timbul kepada saya)
Namun penamaannya King Keladen dan Queen Ndasar bagi specimen lokal Yellow Chalcedony
dan beberapa varian Chalcedony yang ditambang dari Kabupaten Pacitan,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia ialah datang dari keinginan saya ingin
menyelami dan berupaya memberikan perspektif yang sedikit ilmiah atau
terstruktur.
Hal ini bermula pada saat April 2013, datang ke Pacitan dalam liburan
bulan madu saya bertemu dengan Widat (Misgi Man) dan diberikan sebuah
sample specimen yang ditambang dari Bukit Ndasar Pacitan. Namun dalam
pertemuan itu Widat salah menginformasikan temuan tersebut dan menyebut
batu yang diberikan berasal dari Sungai Keladen. Sungai Keladen sendiri
mengalir melintasi 5 wilayah di Punung Pacitan.
Widat mengatakan pada perkembangan sebelumnya dunia batuan Pacitan
hanya menyebut specimen Chalcedony dengan nama Siwalan (Kolang-Kaling)
dan ini membuat material ini kurang dihargai di Lokal. Padahal Konsumen
luar negeri memburu Siwalan Kualitas Kinggi dan berani membayar mahal.
Untuk Siwalan Kuning ini belum dilepas ke pasaran masih di protect oleh
Komunitas Batuan Pacitan, dan material ini simpenan 10 tahun yang lalu
hanya diketemukan 1 bongkah kecil.
Bahkan harga yang murah dan ketidaktahuan pasar dalam menghargai
jenis batu ini membuat Eksploitasinya dilakukan secara tidak bermartabat
dan membabi-buta.Dalam eksploitasi besar-besaran di jaman dahulu, kini
akhirnya sampai pada hasil habisnya cadangan deposit di Pacitan.
Hal ini bisa diketahui, bahwa para perajin Lokal hingga sampai
mengais-ngais kembali timbunan sampah sisa-sisa pemotongan dahulu.
Kalaupun ada di alamnya sendiri, sangatlah sukar untuk menemukan bahan
sebesar jempol tangan. Adapun bila ada ialah simpanan para tokoh batu
yang sudah menimbunnya selama 10 tahun sebelumnya. Bahkan ada variant
warna masuk ke golongan “sangat-sangat langka”.
Jatuh cinta dengan pemberian kenang-kenangan dari Widat berupa batu
dari Bukit Ndasar, saya mengharapkan bisa memiliki lebih banyak batuan
tersebut untuk diperkenalkan ke dunia gems lokal khususnya dan
internasional umumnya. Adapun specimen yang didapatkan pertama kali
memiliki warna yang muda dan bias sinar yang lembut, namun inklusi
dalamnya menunjukkan serat yang kasar. Belakangan ciri serat seperti itu
diketahui dengan nama fenomena “punggung/cangkang kura-kura”.
Berbekal contoh batuan tersebut, saya menemui tokoh senior batuan
Pacitan Mbah Paiman Timbul di Donorojo. Saat menunjukkan contoh specimen
tersebut saya mengatakan ingin memperkenalkan jenis specimen ini dan
berjanji ingin menyematkan nama khusus pada batuan Pacitan ini dan
menghidupkan kembali dunia batu Pacitan yang sedang lesu. Mbah Timbul
menyambut baik dan meng-amanah-kan mengeluarkan material simpanannya
selama 10 tahun yaitu batu yang didapatnya dari Sungai Keladen yang
tidak pernah diketahui beredar secara luas. Bisa dikatakan penemunya
ialah Mbah Paiman Timbul. Namun mengenai penamaan Mbah Paiman Timbul
menyerahkan kepada saya untuk menamai material simpananya tersebut.
Dahulu 10 tahun sebelumnya ada pengalaman menarik yang diceritakan
Widat, dan kemudian ditelusuri dengan pengumpulan informasi dari Arif
Putro Lawu juga. Bahwa specimen ini pernah terjual dengan harga 8 juta
rupiah di Kalimantan. Bahkan ada sample yang dimiliki Arif dibawa ke
Kalimantan dan dikenakan oleh para penambang emas disana. Batu yang
berwarna keemasan ini dianggap memiliki energi atau aura hoki
(keberuntungan) yang terkenal. Para penambang emas mengatakan jika tidak
mengenakan batu ini hasil perburuan emas mereka sering tidak menemui
hasil, namun berbeda dengan saat mengenakan, hasil pendulangan emas
tradisional mereka bisa mendapatkan emas seberat 22 gram per hari.
Bahkan informasi dari Arif menyebutkan pernah ada pengusaha Malaysia
yang menginginkan batu ini dan berniat menukarkan 1 Truknya namun
penambang emas yang memilikinya menolak, karena batuan ini dianggap
sebagai kecintaannya, hoki dan lekat dengan profesinya yang berhubungan
dengan Emas.
Ada kebingungan yang terjadi dalam membedakan ciri batuan yang
ditambang dari bukit dan sungai. Setelah dibawa ke Jakarta, saya menemui
beberapa Lab, dan berusaha mencari perbedaannya. Kemudian didapatkan
analisis dari Ridwan assistant Benny Hoo dari BIG Lab Jakarta Gems
Center Rawabening menyebut bahwa yang dari Bukit serat atau inklusinya
lebih kasar dari serat yang ditambang dari Sungai.
Kemudian Ridwan membeli 5 buah sample dan mengirim 2 buah ke cabang
BIG di Surabaya, 1 untuk di cabang Rawabening dan 1 untuk di cabang
Gajah Mada Plaza.
1 buah dikirim ke Singapura, kemudian Kantor Pusat BIG Singapura
memutuskan untuk mengirim ke Jepang untuk diperiksa lebih lanjut. Hasil
pemeriksaan di Jepang, Specimen King Keladen murni Chalcedony dan untuk
warna tidak terdapat irradiation. Namun untuk warna “CAN NOT DETERMINE”
(tidak dapat ditentukan). Entah mengapa keluar catatan seperti ini.
Sehingga dalam pemeriksaannya nanti di BIG bila disertifikatkan/di memo
akan keluar catatan *Color can not determine.
Sementara Nugroho Gemologist dari SKY Lab, menyebut:
“Origin Chalcedony (Keladen) yang ditambang dari Pacitan terbagi menjadi 2 buah sumber… tambang di Bukit sebagai tambang Primer dan tambang di Sungai sebagai tambang Sekunder…. “
“Origin Chalcedony (Keladen) yang ditambang dari Pacitan terbagi menjadi 2 buah sumber… tambang di Bukit sebagai tambang Primer dan tambang di Sungai sebagai tambang Sekunder…. “
Bagi Om Nugroho pendiri SKY Lab di Tamini Square, serat yang dari
Sungai Lebih bagus… karena sudah bersentuhan dengan Material lain yang
terkandung di Sungai sehingga lebih kaya Mineral.
Pada kenyataannya sumber primer dan sekunder sama-sama Langkanya,
banyak yang salah mengira dan menggolongkan Queen Ndasar sebagai King
Keladen dan penggolongan warnanya.
INSPIRASI:
Pengambilan nama KING (Raja) saya ambil dari Raja Majapahit Bhre Kertabumi Wijaya, ayahanda dari Pangeran Buwono Keling Pendiri Kota Pacitan.
Pengambilan nama KING (Raja) saya ambil dari Raja Majapahit Bhre Kertabumi Wijaya, ayahanda dari Pangeran Buwono Keling Pendiri Kota Pacitan.
Sementara pengambilan nama QUEEN (Ratu) saya ambil dari Mitos/Legenda Kanjeng Ratu Kidul yang akrab di Pesisir Laut Selatan Jawa yang melekat di kehidupan sehari-hari masyarakat Pacitan.
Pengambilan nama Prince (Pangeran) saya ambil dari Pangeran Buwono Keling
pendiri Kota Pacitan, yang melarikan diri dari kejaran pasukan Demak
saat Majapahit runtuh. Membuka wilayah Hutan Pacitan menjadi sebuah
pemukiman untuk ditinggali.
Pengambilan nama Princess (Putri) berasal dari keindahan warna putih, yang mengingatkan saya kepada Putri Salju (Snow White).
CIRI Chalcedony Pacitan memiliki 3 ciri
Baik ciri itu dimiliki masing-masing 1, bisa ada 2 dan bisa 3. Misalnya ketiga ciri itu:
1. Motif Punggung Kura-Kura.
Baik ciri itu dimiliki masing-masing 1, bisa ada 2 dan bisa 3. Misalnya ketiga ciri itu:
1. Motif Punggung Kura-Kura.
2. Klep Seperti Moonstone (main klepnya)
3. Klep seperti Cat’s Eye (ini berupa klep Garis memanjang, ada yang
penuh, ada yang tidak penuh dari ujung vertikal ke ujung lainnya)
4. Banyak yang belum mengerti Ciri Keladen yang ke Empat: Keladen
memiliki kemampuan menyerap sinar yang baik, hingga susunan lapisan-nya
mampu terlihat dengan jelas… dikarenakan reaksi dalam menyerap sinar
yang baik ini… maka Keladen memiliki perubahan warna yang drastis,
tergantung dari Intensitas Cahaya yang masuk, sehingga menimbulkan
Bi-Colour atau Tri Colour Change… (ini dikonfirmasi oleh yang membeli
King Keladen Chalcedony – Golden Supreme)
Sekilas dari Foto sangat mirip dengan ciri-ciri yang dimiliki Anggur
(Chalcedony) dari Baturaja. Ciri Khusus Deposit Chalcedony Pacitan ialah
warnanya lebih lembut, jernih dan tingkat kekristalannya mampu menyerap
cahaya yang banyak. Mungkin ada beberapa kesamaan bila dari kedua
deposit ini disejajarkan. Saya sendiri tidak menguasai Batuan dari
Baturaja dan kemungkinan pendapat subyektif saya bisa salah.
Deposit rata-rata Chalcedony Pacitan dikuasai warna Semu dan yang
langka ialah Semu keemasan yang kuat pendaran bias sinarnya, yang saya
sebut – Golden Supreme (Emas Tertinggi/Terbaik).
KLASIFIKASI Warna, saya membagi tingkatan warna sebagai berikut:
1. Golden Supreme (Emas Tertinggi/Terbaik) untuk warna yang Keemasan (Yellow Chalcedony)
1. Golden Supreme (Emas Tertinggi/Terbaik) untuk warna yang Keemasan (Yellow Chalcedony)
2. Supreme Sunrise (Sinar Mentari Pagi Terbaik) untuk warna Kuning Muda (Light Yellow Chalcedony)
3. Red Baron (Bangsawan Merah) untuk warna Merah
Keemasan (Golden Reddish) ditambahkan Watu-Watu Pacitan (Deny Dwi
Kristianto) menemukan specimen Chalcedony berwarna merah di Bukit Ndasar
dalam pencariannya selama 3 hari.
4. Princess Snow White (Putih Salju/Putri Salju)
untuk warna Putih (White Chalcedony) bila berasal dari bukit akan
disebut Princess Ndasar Chalcedony – Snow White bila dari sungai akan
disebut Princess Keladen Chalcedony – Snow White.
5. Untuk warna-warna lainnya yang semu Kehijauan, Pink, Abu-Abu,
Kuning atau semu lainnya, saat disenter/dikenai sinar baru berubah
kuning muda. dan lainnya dimasukkan dalam pengklasifikasian warna dengan
sebutan bakal Calon Raja yaitu Prince (Pangeran). Kemudian diikuti asal tambang dari bukit Prince Ndasar dan dari sungai Prince Keladen.
6. Supreme Sunset (Matahari Terbenam Terbaik) untuk variant Orangy Yellow Chalcedony.
Penambahan Klasifikasi Red Baron:
Penyebutan Red Baron sendiri berasal dari diskusi saya dengan Deny (Watu-watu Pacitan) dia yang menemukan variant Chalcedony sangat kristal dan sangat menarik sekali, hasil pencariannya dia turun naik mengitari selama 3 hari di Bukit Ndasar. Maka dari perbincangan itu disepakati penamaan yang mewakili warna yang Keemasan namun condong ke Merah (Golden Reddish).
Penyebutan Red Baron sendiri berasal dari diskusi saya dengan Deny (Watu-watu Pacitan) dia yang menemukan variant Chalcedony sangat kristal dan sangat menarik sekali, hasil pencariannya dia turun naik mengitari selama 3 hari di Bukit Ndasar. Maka dari perbincangan itu disepakati penamaan yang mewakili warna yang Keemasan namun condong ke Merah (Golden Reddish).
Warna ini sangat berbeda sekali dengan yang beredar di pasaran, di
pasaran warna Chalcedony-nya lebih ke warna Cempaka atau Kenanga dan
sepengetahuan saya dan Deny, Chalcedony yang berwarna Red Baron belum
ada yang representatif di pasaran seperti penggolongan mereka berdua.
Hijau Pacitan masuk ke Klasifikasi Prince:
Warna Hijau Pacitan yang legendaris berusaha dicari kembali oleh Arif Putro Lawu. Pada kenyataannya yang dimaksud Hijau Pacitan (semu Kehijauan) yang dimiliki oleh Arif dan Pambalah Batung Jogja (Subianor) saya masukkan dalam klasifikasi Prince. Baik yang Prince Ndasar maupun Prince Keladen. Walaupun demikian material Prince tersebut sesungguhnya juga masuk kategori langka. Dikarenakan material Hijau Pacitan sudah habis dikarenakan eksploitasi besar-besaran di masa lalu dan biasanya jatuh ke tangan para Kolektor Elit Batuan Nusantara.
Warna Hijau Pacitan yang legendaris berusaha dicari kembali oleh Arif Putro Lawu. Pada kenyataannya yang dimaksud Hijau Pacitan (semu Kehijauan) yang dimiliki oleh Arif dan Pambalah Batung Jogja (Subianor) saya masukkan dalam klasifikasi Prince. Baik yang Prince Ndasar maupun Prince Keladen. Walaupun demikian material Prince tersebut sesungguhnya juga masuk kategori langka. Dikarenakan material Hijau Pacitan sudah habis dikarenakan eksploitasi besar-besaran di masa lalu dan biasanya jatuh ke tangan para Kolektor Elit Batuan Nusantara.
Penambahan Klasifikasi Supreme Sunset:
Penyebutan warna atau klasifikasi warna baru ditambahkan saya ialah Supreme Sunset (Matahari Terbenam Terbaik) datang dari diangkatnya variant warna Orangy Yellow Chalcedony oleh Kang Arwan Batuakik yang mendapat batuan dari Bukit Ndasar dari penemunya Sisok di Donorojo.”Beberapa Video dari Variant Specimen Indonesian Yellow Chalcedony
Penyebutan warna atau klasifikasi warna baru ditambahkan saya ialah Supreme Sunset (Matahari Terbenam Terbaik) datang dari diangkatnya variant warna Orangy Yellow Chalcedony oleh Kang Arwan Batuakik yang mendapat batuan dari Bukit Ndasar dari penemunya Sisok di Donorojo.”Beberapa Video dari Variant Specimen Indonesian Yellow Chalcedony
Written by: Kerajaan Batu
Kerajaan Batu | Batu Permata | Batu Mulia | Batu Gambar,
Updated at:
08.14